“Dinamika Dukungan Politik di Pilkada Sumenep: Peran Fanatisme Kelompok, Strategi Kampanye, dan Alumni Pesantren
Pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Sumenep menarik perhatian karena berbagai faktor yang memengaruhi perbedaan dukungan masyarakat terhadap kandidat. Mulai dari latar belakang pesantren hingga strategi kampanye, semua elemen ini turut menentukan arah suara pemilih.
Dalam suatu ajang pemilihan, perbedaan dukungan merupakan hal yang wajar. Menurut Nurussyamsi salah satu faktor yang memengaruhi perbedaan dukungan adalah fanatisme kelompok “Mungkin salah satunya fanatisme kelompok. Pendidikan dan lingkungan juga berpengaruh.”
Selain itu, generasi milenial menjadi kelompok yang mendominasi partisipasi pemilih. Nurussyamsi menjeleskan, “Generasi milenial atau usia 27 sampai 40 tahun yang paling banyak berpartisipasi. Kalau generasi Z, mereka juga ikut, tapi tidak sebanyak itu karena mungkin banyak yang kuliah di luar daerah,” jelas Nurussyamsi.
Perbedaan daerah dan jaringan alumni pesantren juga mempengaruhi dukungan masyarakat di Sumenep. “Kalau wilayah selatan, rata-rata alumni Anokoya. Sedangkan di wilayah Dunke, lebih banyak alumni Aswan,” pungkasnya.
Dari segi geografis, dukungan antar wilayah terlihat cukup merata. “Dari 27 kecamatam dan 334 desa, dukungannya cenderung seimbang. Tidak ada perbedaan yang mencolok,” tambahnya.
Para kandidat menggunakan strategi kampanye yang hampir sama. Pertemuan-pertemuan berbasis agama seperti sholawatan dan ngaji bersama menjadi cara untuk menarik perhatian pemilih. “Kampanye kedua paslon itu mirip-mirip saja. Ada sholawatan, mini konser, dan ngaji bareng untuk menarik simpati,” ungkap Nurussyamsi.
Meskipun kedua pasangan calon memiliki visi-misi yang sama-sama kuat, masyarakat lebih cenderung mendukung paslon nomor 2. Namun, alasan di balik kecenderungan ini sulit dijelaskan secara pasti. “Saya kira ini kembali ke masyarakat. Mereka melihat rekam jejak kandidat. Keduanya punya kapasitas yang baik, tapi bagaimana masyarakat menilai itu sepenuhnya objektif,” jelas Nurussyamsi.
Dinamika politik di Sumenep memperlihatkan keseimbangan dukungan antara dua kandidat. Faktor budaya, pendidikan, dan hubungan pesantren memegang peran penting. Strategi kampanye yang berbau agama dianggap lebih relevan dalam memengaruhi pemilih.
Penulis:
Nafidatul Jannah
Elsaday Sihombing
Zehroh